Tahun
2016 ini diawali dengan berbagai cobaan
buat saya. Dan penyebabnya adalah NYAMUK. Orang Indonesia pasti tau dong yang
namanya nyamuk AEDES AEGYPTI dan the famous diseases it’s carrying all around
this nation? Yang paling beken DEMAM DENGUE/DEMAM BERDARAH DENGUE. Nah, kalo
menyangkut nyamuk-nyamukan saya menganut prinsip GAK PAKE SEMPROT2AN, karena
saya agak paranoid dengan cerita Mama waktu saya kecil tentang balita yang
meninggal di kamar yang baru disemprot Baygon. Meskipun cerita itu kebenerannya
diragukan, tapi setelah saya baca berbagai literatur yang ada memang yang
disarankan sebagai pencegah gigitan nyamuk adalah kelambu. Jadi selama ini saya
pake kelambu untuk melindungi kedua anak saya dari gigitan nyamuk. Nggak selalu
sukses, karena kelambu kan nggak mungkin 24 jam melindungi kita. Tapi dengan
diiringi doa dan mencoba konsisten memberi nutrisi yang cukup buat anak-anak,
plus kalau anak-anak demam selalu berusaha memaksa anak-anak untuk banyak minum
maka saya berharap jauh-jauhlah penyakit-penyakit yang berbahaya dari anak-anak
saya.....(amiiin).
Proteksi
pada anak-anak lumayan ketat, tapi kok malah lupa terhadap proteksi yang
dewasa? Akhir Desember kemarin,
tiba-tiba pengasuh anak-anak saya–
yang luar biasa saya andalkan karena
saya working mommy with husband far far away from her – mengirim sms saat saya
masih di kantor berbunyi: Mami, Bude sakit badan meriang menggigil. Saking
diandalkannya Bude (begitu saya dan anak2 memanggil sang pengasuh), jarang
sekali Bude mengeluh saat sakit ringan seperti batuk pilek atau demam
sumeng-sumeng. Maka, ketika Bude sms mengabarkan bahwa dia sakit hanya beberapa
jam menjelang saya pulang kantor, taulah saya bahwa sakitnya pasti nggak biasa.
Bener
aja, sampe rumah saya ukur demamnya tinggi dan pusing sekali kepala sampai
nggak bisa bangun. Kalau bangun dipaksakan maka terhuyung-huyung nggak bisa
berjalan lurus. Dalam hati: this is bad..... Waktu itu weekend, jadi saya
memang nggak ngantor besoknya. Berharap hari Senin, Bude sudah pulih seperti
sedia kala dan saya nggak perlu bolos kantor ngasuh anak-anak. Tapi
Sabtu-Minggu berlalu dan Bude nggak ada perbaikan malah perburukan, jadi
muntah-muntah dan nggak mau makan sama sekali. Minum hanya sedikit-sedikit aja.
Mengasuh
dua balita membuat saya nggak bisa memperhatikan Bude, sehingga urusan
nutrisinya makin terbengkalai. Saya nggak bisa ngantor, dan sebagai ibu bekerja
mohon maaf skill beres-beres saya minimalis banget. Apalagi anak-anak yang
terbiasa diasuh Bude nggak bisa ngerti Bude lagi sakit sehingga saya sering
emosi jiwa melihat Nizam memaksa Bude menemani dia tidur sambil membaca buku
Ensiklopedi Laut favoritnya. Bude nggak bisa istirahat karena Nizam yang memang
paling lengket sama Bude terus menerus nangis minta Bude meladeni kemauan dia.
Bude
memang berencana pulkam akhir tahun karena ada acara pernikahan keponakannya.
Saya sudah mengajukan cuti untuk full time ngasuh anak selama Bude pulkam,
suami juga sudah ok meluangkan waktu. Namun apa mau dikata, Bude malah sakit
beberapa hari sebelum jadwal pulkam. Karena mau cuti, kerjaan masih numpuk di
kantor, saya memanggil Mama untuk bala bantuan mengasuh Radith. Saya sendiri
bermaksud pergi kerja dan membawa Nizam ikut ke kantor, jadi Mama nggak perlu
mengasuh dua anak.
Begitu
Mama datang, ternyata kondisi Bude makin buruk, makin sering muntahnya. Maka
saya memutuskan membawa Bude ke RS swasta di dekat rumah. Sampai di rumah sakit
ternyata oh ternyata trombosit Bude rendah sekali, dokter curiga diagnosis
mengarah ke Demam Berdarah Dengue alias DBD. Akhirnya saya merelakan Bude
dirawat di rumah sakit, karena di rumah Bude sulit istirahat dan makannya nggak
bisa saya perhatikan. Alhamdulillah Anto, anak Bude juga sudah mulai cuti kerja
(karena bermaksud pulkam tadi) sehingga bisa menemani Bude di rumah sakit.
Selama
Bude dirawat, Mama menggantikan Bude menjaga Radith sementara saya ke kantor
bersama Nizam. Ternyata membawa Nizam ke kantor yang terjadi malah nggak bisa
kerja, laptop saya dimonopoli Nizam untuk nonton lagu-lagu anak dan main game
edukasi. Saya terpaksa membajak PC teman saya yang sedang cuti, namun itu juga
nggak efektif karena tiap 5 menit Nizam
memanggil saya untuk ganti lagu atau ganti game.
Begitulah
yang terjadi saat Bude, pengasuh yang super diandalkan, jatuh sakit. Refleksi
diri saya saat itu adalah: i’m a bad mom and housewife karena semua keteteran
saat nggak ada Bude. Pengen nangis terus rasanya.....sampai suami saya datang,
cuti dimulai, dan akhirnya saya bisa membawa anak-anak ke Bandung. Bude masih
dirawat sampai seminggu, dan setelah pulang saya masih di Bandung beberapa hari
sehingga Bude bisa pemulihan tanpa diganggu anak-anak.
Begitulah
saya mengawali 2016, dengan merasakan betapa pentingnya Bude dan menjaga Bude
tetap sehat. Saya super kagum deh sama working mommy yang juga ahli beres-beres
rumah, weekend masih bisa masak-masak, kemudian jalan-jalan sekeluarga. Saya
jelas bukan tipe yang seperti itu. Tapi,
saat itu saya juga menyadari bahwa sepertinya saya terlalu ketergantungan terhadap
Bude, namun agak mengabaikan faktor kesehatan Bude dan melupakan bahwa Bude
juga manusia yang bisa sakit. Sehingga langkah berikutnya adalah mencari satu
lagi asisten yang bisa membantu Bude beres-beres rumah supaya Bude nggak
terlalu cape dan fokus mengasuh anak-anak. Semoga pencarian ini segera
membuahkan hasil karena sampai hari ini, akhir bulan Januari, belum ketemu juga
calonnya.
To be
kontinyu ya karena cobaan nyamuk ini masih terus bergulir....
SEKILAS TENTANG DEMAM DENGUE/DEMAM BERDARAH DENGUE
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
http://milissehat.web.id/?p=134